بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَللَّهُمَّ فَقِّهُّ فِي الدِّيْنِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيْلَ
اَللَّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا وَانْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا وَزِدْنَا عِلْمَا
NASEHAT BAGI PENUNTUT ILMU
Ilmu merupakan kunci untuk melaksanakan kebaikan. Selain itu ilmu juga menjadi sarana agar hubungan dengan Allah dan sesama manusia semakin baik. Dengan ilmu, setiap manusia bisa menjadi lebih bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, agama dan negara.
Asy-Syaikh Abu Humam Al-Atsari berpesan ringkas dan tersusun kepada kita semua sebagai penuntut ilmu secara garis besar:
- Ikhlas karena Allah dalam menuntut ilmu, Al-Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin berkata:
“Hendaknya tujuan penuntut ilmu yang dekat ialah untuk menghiasi batin dirinya dan memperindahnya dengan keutamaan, adapun yang akan datang ialah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meraih ridha-Nya, bukan bertujuan untuk jabatan, harta, ketenaran ataupun mendebat orang bodoh dan berbangga di tengah manusia.”
- Sabar dalam menuntut ilmu, Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullâh dalam al-faqih wal-mutafaqih berkata:
“Tingkatan dan posisi manusia dalam ilmu tergantung pada derajat-derajat tersebut, sudah semestinya bagi seorang untuk bersungguh-sungguh dan bersabar terhadap segala yang dihadapi ketika memperbanyak ilmunya, mengikhlaskan niat dalam memahami ilmu pada teks utama dan intisarinya dengan mengharapkan pertolongan Allah dalam melakukannya, karena kebaikan tidak dapat diraih kecuali dengan pertolongan-Nya.”
- Terus menerus dalam menuntut ilmu, Sa’id ibn Jubair dalam tadzkiratussami’ berkata:
“Seseorang tetaplah disebut berilmu selama ia belajar, adapun ketika ia tidak belajar lagi lalu menyangka bahwa ia sudah tidak butuh dan merasa cukup terhadap apa yang dimilikinya maka itu adalah prasangka yang paling bodoh.”
- Memahami ilmu, Al-‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah dalam I’lam Al-Muwaqqi’in, berkata:
“Tepatnya pemahaman dan baiknya tujuan termasuk nikmat terbesar yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya, bahkan tidak ada pemberian yang dikaruniakan kepada seorang hamba yang lebih utama dan mulia setelah islam dibandingkan keduanya.”
- Menghafalkan ilmu, Al-A’masy dalam Al-Jami’ Li-Akhlaq Ar-Rawi berkata:
“Hafalkanlah apa yang telah kalian kumpulkan, karena orang yang hanya mengumpulkan tetapi tidak menghafalnya seperti seseorang yang duduk di meja makan kemudian ia menyantap beberapa suap makanan, tetapi ia selalu membuangnya lagi ke belakang punggungnya, apakah menurutmu ia akan kenyang?”
- Mengamalkan ilmu, ‘Ali ibn Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dalam Al-Muwafaqat berkata:
“Amalkanlah ilmu itu, karena sesungguhnya seorang disebut berilmu itu yang mengamalkan ilmunya, dan ilmunya sesuai dengan amalnya.”
- Memperbanyak membaca dan meneliti kitab-kitab dan tidak mencukupkan diri (hanya) mengambil dari (lisan) para guru, Al-Imam ibnul Jauzi rahimahullah berkata :
“Jalan menggapai puncak dalam menuntut ilmu adalah dengan menelaah kitab-kitab, maka perbanyaklah menelaah hingga pada perkataannya, karena tidaklah suatu kitab itu kecuali di dalamnya terdapat faidah.”
- Senantisa meninggalkan maksiat dan perbuatan dosa, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dalam Az-Zuhd berkata:
“Sungguh aku berasumsi bahwa lupanya seseorang terhadap ilmu yang pernah diketahuinya itu disebabkan dosa yang dilakukannya.”
PENUTUP
Inilah pesan-pesan yang dikutip dari kitab Majmu’ Fatawa As-Syaikh Abu Humam Al-Atsari.
Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk hamba-Nya yang senantiasa istiqamah di atas jalan yang lurus, dan membersihkan hati dan anggota badan kita dari noda syirik, bid’ah, dan kemaksiatan.
وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Palembang | ba’da shubuh 15-11-2023 | Al-Faqir Fi ‘Ilmillah
Tinggalkan Balasan